Posted in

Tiga Pekan Pascabanjir, Sibuluan Nauli Masih Terkubur Lumpur dan Kayu

Tiga pekan pascabanjir melanda Tapanuli Tengah, Desa Sibuluan Nauli masih tertutup lumpur dan tumpukan kayu.

Tiga Pekan Pascabanjir, Sibuluan Nauli Masih Terkubur Lumpur dan Kayu

Warga terpaksa bergotong royong membersihkan rumah, jalan, dan lahan pertanian dengan peralatan seadanya. Aktivitas ekonomi, sekolah, dan transportasi tetap terganggu, sementara bantuan logistik dan alat berat mulai digerakkan oleh pemerintah dan relawan.

Simak peristiwa terbaru di Medan yang tengah ramai dibicarakan dan hanya kami hadirkan di Info Kejadian Medan.

Tiga Pekan Setelah Banjir, Desa Masih Terpuruk

Tiga pekan setelah banjir besar melanda Tapanuli Tengah, kondisi di sejumlah desa masih memprihatinkan. Salah satu yang terdampak paling parah adalah Desa Sibuluan Nauli, di mana tumpukan kayu dan lumpur masih menutupi jalan dan rumah warga. Warga terpaksa bekerja keras membersihkan sisa material banjir dengan peralatan seadanya.

Kepala Desa Sibuluan Nauli, Hendra Sitanggang, menyampaikan bahwa meski air sudah surut, dampak material banjir masih menjadi tantangan utama. Kayu, lumpur, dan sampah lainnya masih menumpuk di hampir semua jalan dan halaman rumah, ujarnya.

Pascabanjir, warga juga menghadapi kesulitan air bersih dan akses transportasi. Banyak keluarga yang harus berjalan kaki melewati tumpukan kayu untuk bisa mencapai jalan utama, sementara distribusi bantuan logistik masih terbatas.

Kehidupan Warga Terganggu Pascabanjir

Kehidupan warga Sibuluan Nauli belum kembali normal. Aktivitas ekonomi dan sekolah masih terganggu karena infrastruktur jalan yang tertutup lumpur dan kayu. Banyak lahan pertanian juga rusak akibat terendam banjir.

Sejumlah pedagang lokal mengaku mengalami kerugian besar karena dagangan mereka rusak atau tidak bisa dijual. Kami baru bisa membersihkan sebagian rumah dan toko, tapi lumpur masih tebal, ujar salah satu pedagang, Risma Panjaitan.

Anak-anak juga terpaksa libur sekolah karena akses menuju sekolah tertutup lumpur dan kayu. Warga berharap pemerintah daerah segera mengirim bantuan alat berat untuk percepatan pembersihan, sehingga aktivitas masyarakat bisa normal kembali.

Baca Juga: Tragis! Jenazah Ibu Ditemukan Usai 20 Hari Banjir Terjang Tapteng Sumut

Bantuan dan Upaya Pemulihan

Bantuan dan Upaya Pemulihan

Relawan dan aparat desa telah bergotong royong membersihkan tumpukan kayu dan lumpur. Namun, upaya manual yang dilakukan warga hanya mampu menangani sebagian area. Pihak BPBD Tapanuli Tengah menyatakan akan mengerahkan alat berat untuk mempercepat pembersihan jalan dan pemukiman.

Selain pembersihan, pemerintah juga menyalurkan bantuan pangan, air bersih, dan obat-obatan kepada warga yang terdampak. Tim medis dari Dinas Kesehatan setempat rutin melakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencegah munculnya penyakit pascabanjir.

Warga pun didorong untuk tetap waspada terhadap potensi banjir susulan. Masyarakat diimbau menjaga saluran air tetap bersih dan mengantisipasi hujan deras yang dapat memicu banjir kembali.

Harapan dan Bantuan Untuk Kembali Normal

Meski kondisi masih memprihatinkan, warga Sibuluan Nauli tetap optimistis. Mereka berharap proses pembersihan cepat selesai sehingga kehidupan bisa kembali normal. Warga juga menekankan pentingnya dukungan berkelanjutan dari pemerintah pusat maupun daerah.

Hendra Sitanggang mengungkapkan bahwa peran relawan, aparat desa, dan masyarakat menjadi kunci pemulihan. “Kami membutuhkan bantuan alat berat, bahan bangunan, dan makanan pokok agar bisa segera pulih,” ujarnya.

Pemerintah daerah menegaskan komitmen untuk mempercepat pemulihan pascabanjir, termasuk pembangunan kembali infrastruktur yang rusak dan penyediaan fasilitas dasar bagi warga. Dengan kolaborasi semua pihak, diharapkan Sibuluan Nauli bisa bangkit dari bencana dan kehidupan masyarakat kembali normal.

Simak berita update lainnya tentang Medan dan sekitarnya secara lengkap tentunya terpercaya hanya di Info Kejadian Medan.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari medan.kompas.com
  2. Gambar Kedua dari finance.detik.com